Bismillah…
Alor, Nusa Tenggara Timur—tanah yang jauh dari kampung halaman, namun dekat dengan ladang pahala. Tahun 2024, Allah memilihku menjadi bagian dari Kafilah Dakwah (Kafda) yang ditugaskan selama bulan Ramadhan di sana. Sebuah misi yang bukan hanya mengajarkan kesabaran, tapi juga mempertemukanku dengan takdir yang tak pernah kuduga.

Di antara agenda kajian, buka puasa bersama, dan tarawih berjamaah, aku berjumpa dengan seorang akhwat yang lembut dan bersahaja: Rahmaniah Daka. Bukan pertemuan yang disengaja, bukan pula yang penuh interaksi. Tapi cukup untuk menanamkan kesan, bahwa Allah tengah menuliskan sesuatu.

Ramadhan usai, tugasku selesai. Aku kembali ke Jakarta, ia pun melanjutkan jalan juangnya. Tak ada komunikasi di antara kami. Hanya doa dalam diam, dan waktu yang terus berjalan. Satu tahun pun berlalu.

Hingga akhirnya, Ramadhan kembali datang, membawa cerita baru. Kali ini, giliran dia yang mendapat amanah Kafda—dan Subhanallah, Allah memilih Sumatra Barat sebagai tujuannya. Di Kepulauan Mentawai, tepatnya Sikakap, ia melangkah. Tanah kelahiranku, tempat aku tumbuh dan belajar mengenal dakwah.

Di sanalah, Allah pertemukan kami kembali. Bukan karena usaha kami, tapi karena skenario yang ditulis oleh-Nya. Pertemuan itu mengajarkan bahwa bila niat lurus karena-Nya, maka jalan akan terbuka, meski harus menunggu dan berputar jauh.

*Ya Allah, Engkau yang menggenggam hati-hati kami. Terima kasih telah menyatukan jalan ini dalam kebaikan. Jadikanlah pertemuan ini sebagai awal dari kehidupan yang Engkau ridai,
Aku kamu dan jalan Da’wah.